KARTINI: PEWARIS SEMANGAT JUANG

Oleh: Margarita D. I. Ottu, M.Pd.K Guru SMPN 2 Soe

OPINI-Tanggal 21 April adalah hari peringatan jasa salah seorang wanita paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia. Hari Kartini telah ditetapkan oleh Presiden Soekarno sejak tahun 1964. Selain merayakan ulang tahun Raden Ayu Kartini, salah satu pejuang emansipasi wanita paling pertama di Indonesia. Tak bisa dipungkiri, Ibu Kita Kartini telah membuka sejumlah pintu bagi para perempuan Indonesia untuk mengenyam pendidikan dan mendapatkan hak-hak mereka. Namun apakah seluruh wanita Indonesia sama persepsi dalam hal ini? Bagaimana cara para perempuan Indonesia memaknai perayaan 21 April, apakah sosok Kartini benar-benar memberi pengaruh besar dalam kehidupan di era revolusi industri?
Dalam konteks labelisasi, Perempuan adalah sosok penyayang, lembut dan perasa. Labelisasi penyayang digunakan untuk menunjukkan sifat seorang perempuan yang pengasih dan mudah iba terutama kepada hal-hal yang berkaitan dengan segala hal yang dicintai dan dimilikinya. Lembut digunakan untuk menunjukkan perilaku perempuan yang senantiasa menjaga keindahan sikapnya yang santun, ramah dan anggun. Perasa ditujukan kepada sifat perempuan yang sensitif dan tidak stabil ketika terjadi sebuah perubahan di dalam dirinya. Gambaran ini dapat ditemukan dalam refleksi sosok perempuan pertama yang dikenal dan memiliki ikatan personal yang kuat dari setiap individu dan sosok perempuan yang dimaksud adalah ibu.
Ikatan sosiokultural yang dikenal dengan istilah ‘kodrat’ (takdir) yang berlaku di masyarakat, memaksa mereka untuk senantiasa menjaga kepatuhan sikap dan perilaku berdasarkan pada term norma-norma sosial yang telah ditetapkan. Adanya ancaman tentang perempuan yang bertindak secara bebas akan menjadi ‘aib’ bagi keluarganya, secara bertahap terus menerus ditransformasikan.

Bacaan Lainnya

Norma kultural masyarakat feodal pada masa itu, memandang keberadaan seorang perempuan tidak lebih dari seorang calon istri. Meskipun, beberapa diantara mereka mendapatkan kesempatan untuk bersekolah, hal ini nyatanya hanya sekedar bekal bagi mereka untuk tetap menjaga citra para bangsawan tersebut agar dapat memiliki istri yang terpelajar.  Di samping itu, mereka juga nantinya akan bertugas untuk memberikan pembelajaran kepada anak-anaknya tentang tata krama sebagai seorang bangsawan.
Persoalan kesetaraan gender merupakan isu yang selalu menarik untuk dibahas. Dalam perkembangan teknologi dan informasi yang semakin pesat sekarang ini, satu hal yang tidak dapat dipungkiri adalah bahwa masih banyak masyarakat dalam lingkungan tertentu yang menempatkan perempuan pada posisi lebih rendah dari laki-laki bahkan membatasi perempuan untuk melakukan segala yang biasa ada dalam zona maskulinitas.  Alasan itu pula yang tentu menjadi motivasi utama yang mendorong R.A Kartini untuk memperjuangkan Emansipasi wanita di masanya. Mungkin tidak berlebihan jika dikatakan bahwa paradigma yang terbentuk dalam kehidupan masyarakat inilah yang dianggap sebagai sebuah gerakan yang mencoba menerobos tradisi patriarklah yang sudah mendarah daging untuk menentukan posisi perempuan dalam aras yang sama dengan laki-laki.
Seperti apakah peran “Kartini” saat ini di era revolusi industri?
Selain memperjuangkan kesetaraan kaum hawa, RA Kartini juga memperjuangkan bidang sosial, hukum, serta khususnya pendidikan. Revolusi industri 4.0 merupakan momen yang harus dimanfaatkan karena merupakan potensi bagi para perempuan untuk bekerja di industri digital. Teknologi yang ada saat ini sudah sangat membantu para wanita untuk memanfaatkan menjadi sebuah peluang bisnis. Namun, literasi digital bagi kaum perempuan secara umum yang perlu diperhatikan adalah bagaimana memanfaatkan teknologi tersebut dalam keseharian mereka.
Kartini di era revolusi 4.0 harus memiliki power untuk mendobrak dan melahirkan generasi yang luar biasa dengan berpikir secara logis, rasional akan informasi yang diterima, dan bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Para Kartini millennial harus mengutamakan pendidikan sebagai kunci keberhasilan suatu bangsa untuk melawan radikalisme, serta menjadikan bentuk pribadi generasi millennial yang inovatif, mandiri, cerdas, dan menumbuhkan rasa nasionalisme.
Tantangan bagi para wanita Indonesia dalam menjalankan peran dan fungsinya di era digital tentu tidak mudah. Peran pendidikan sangat penting dalam tantangan tersebut. Kartini menulis pesan kepada Nyonya Van Kool pada Agustus tahun 1900.
“Alangkah besar bedanya bagi masyarakat Indonesia bila kaum perempuan dididik baik-baik. Dan untuk keperluan perempuan itu sendiri, berharaplah kami dengan harapan yang sangat supaya disediakan pelajaran dan pendidikan, karena inilah yang akan membawa bahagia baginya.”
Diversi bukanlah sebuah hal yang buruk untuk dilakukan oleh seorang perempuan ketika tujuan untuk memperoleh kepastian terhadap posisi mereka di masyarakat. Setiap upaya yang mereka lakukan bertujuan agar dapat memperoleh posisi yang seimbang dan adil dengan kaum lelaki. Hal ini hanya dapat terwujud apabila mereka mampu melakukan sebuah gerakan responsif gender untuk memperoleh keseimbangan dan keadilan tersebut. Gerakan inilah yang dikenal dengan istilah emansipasi perempuan.
Kaum perempuan harus percaya diri dengan kekuatan wanita dan berusaha membuat perubahan nyata yang tidak hanya di bibir saja tetapi dengan saling mendukung dan memiliki ketekunan, maka perempuan dapat membuktikan bahwa mereka dapat turut mengubah dunia dan diharapkan 21 April juga bisa menjadi penghargaan terhadap perjuangan perempuan untuk mendapatkan hak-hak mereka dalam masyarakat Indonesia.
Kelebihan sosok Kartini di zamannya dimana sosoknya telah menginspirasi perempuan Indonesia hingga sekarang ini yaitu cara pandangnya yang menginspirasi.
Jika Kartini bisa menjangkau dunia, dalam belenggu tradisi yang ketat dan lingkungan sosial, melalui surat-surat yang dia tulis maka sebagai perempuan di masa sekarang bisa memanfaatkan teknologi secara kreatif untuk menghasilkan karya -karya yang bermanfaat dan inspiratif.
Kartini merupakan panutan setiap perempuan Indonesia dan menginspirasi  kita melalui pendekatan cinta kasih, compassion, terhadap kesetaraan dan  kemanusiaan.
Semoga di hari Kartini ini dapat menginspirasi kita semua, khususnya bagi perempuan untuk menjadikan hidup ini lebih baik, lebih bermakna, dan lebih semangat. Jangan pernah berhenti berkarya untuk Indonesia!
Mari bersama-sama melanjutkan perjuangan dari R.A Kartini sebagai pahlawan emansipasi perempuan, dengan mulai membangun sebuah kesadaran bahwa status perempuan dan laki-laki itu dapat disamakan, baik dari segi pemberian tanggung jawab maupun pemerolehan hak.  Dengan menghapus segala stereotip tentang perempuan yang selama ini telah diterima, setidaknya memberikan jalan agar terjadinya rekonstruksi pola pikir yang baru. Jika hal ini dapat dilakukan oleh semua pihak, maka representasi makna dari kalimat “Habis Gelap Terbitlah Terang” bukan lagi hal mustahil untuk diwujudkan.
“SELAMAT HARI KARTINI UNTUK SELURUH PEREMPUAN HEBAT DI INDONESIA”

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *