KUANSING|MediatorPost.com – Sebuah video berdurasi 19 detik yang memperlihatkan percakapan antara seorang Calon Bupati Kuantan Singingi (Kuansing) nomor urut 1, Suhardiman Amby, dengan seorang biduan, menjadi perbincangan panas di berbagai grup WhatsApp (WAG) dan media sosial. Video ini beredar luas pada Sabtu (23/11/2024) dan menuai banyak reaksi, sebagian besar mempertanyakan moralitas dan etika pemimpin tersebut.
Dalam video amatir tersebut, terdengar percakapan yang dianggap tidak pantas. Sang biduan tampak berbicara kepada Suhardiman Amby, “Kami sudah nunggu bapak lama di sebelah. Bapak kemana aja?” yang kemudian dijawab Suhardiman, “Kenapa tunggu di sini?” Lalu biduan kembali menimpali, “Itu nunggunya dimana dong?” dan Suhardiman menjawab, “Di kamar dong.”
Dialog ini memicu berbagai komentar tajam dari netizen, terutama terkait citra dan integritas seorang calon kepala daerah. Salah satu pengguna media sosial menyebutkan, “Sebagai calon pemimpin, harusnya lebih berhati-hati dalam berbicara, apalagi jika terekam. Ini memalukan.” Komentar lain menambahkan, “Kalau calon bupati saja berbicara seperti ini, bagaimana kami bisa yakin dia mampu membawa perubahan baik untuk daerah?”
Konteks video tersebut belum jelas, namun banyak pihak menilai bahwa kejadian ini mencoreng nilai-nilai kepemimpinan dan moralitas yang seharusnya dijunjung tinggi oleh seorang calon kepala daerah. Hingga berita ini ditulis, Suhardiman Amby maupun tim suksesnya belum memberikan klarifikasi terkait insiden tersebut.
Suhardiman Amby yang maju bersama Mukhlisin sebagai pasangan calon nomor urut 1 dalam Pilkada Kuansing 2024, menghadapi ujian serius atas kepercayaan publik. Video ini muncul di saat-saat krusial menjelang pemilihan, sehingga dampaknya terhadap elektabilitas pasangan tersebut diprediksi cukup signifikan.
Tantangan Etika bagi Pemimpin Publik
Kejadian ini mengingatkan pentingnya etika dalam setiap tindakan dan ucapan seorang figur publik, terutama di era digital. Calon pemimpin tidak hanya diuji melalui visi dan program kerja mereka, tetapi juga melalui perilaku pribadi yang mencerminkan nilai-nilai kepemimpinan.
Apakah masyarakat Kuansing akan tetap memberikan kepercayaan kepada Suhardiman Amby pasca viralnya video ini? Atau justru kejadian ini menjadi pertimbangan untuk lebih selektif memilih pemimpin yang tidak hanya kompeten, tetapi juga bermoral? Waktu yang akan menjawab, tetapi satu hal yang pasti, publik semakin kritis dalam menilai para calon pemimpin mereka.