Perawang|Mediatorpost.com-29 Maret 2025 – Gereja Pantekosta Kudus Indonesia (GEPKIN) Perawang kembali menyelenggarakan Seminar PJK – Project Kekekalan, sebuah acara rutin bulanan yang bertujuan untuk menyegarkan iman Kristen di kalangan jemaat dari berbagai lapisan. Seminar ini menghadirkan Pdt. Dr. C. Samuel Pasaribu, S.Th., S.Pd., M.Pd. sebagai narasumber, yang mengajak peserta untuk merenungkan kehidupan manusia dalam perspektif kekekalan.
Dalam penyampaiannya, Pdt. Dr. C. Samuel Pasaribu menegaskan bahwa hidup manusia diumpamakan seperti rumput di padang, yang tumbuh subur sejenak namun segera layu dan lenyap. Perumpamaan ini bukan sekadar metafora puitis, melainkan peringatan teologis bahwa keberadaan manusia di dunia bersifat fana dan penuh keterbatasan. Mazmur 103:15-16 menegaskan, “Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput, seperti bunga di padang, demikianlah ia berbunga; apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia, dan tempatnya tidak mengenalnya lagi.” Demikian pula, Yakobus 4:14 menyatakan bahwa hidup manusia laksana uap yang hanya tampak sesaat dan kemudian lenyap.
Seminar ini juga membahas perbedaan mendasar antara mencari uang dan mengejar uang. Alkitab menekankan bahwa mencari nafkah adalah kewajiban moral dan tanggung jawab manusia, sebagaimana tertulis dalam 2 Tesalonika 3:10, “Jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.” Namun, pengejaran uang secara berlebihan dapat menjerumuskan seseorang ke dalam bahaya spiritual. 1 Timotius 6:9-10 memperingatkan bahwa “akar segala kejahatan ialah cinta uang,” yang dapat menenggelamkan manusia dalam kehancuran. Oleh karena itu, umat Kristen dipanggil untuk bekerja dengan jujur dan bertanggung jawab, tetapi tetap menjaga hati agar tidak terikat pada ambisi duniawi.
Yesus dalam Matius 6:24 menegaskan bahwa tidak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan: “Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” Dalam konteks ini, Mamon melambangkan harta duniawi yang dapat menjadi berhala jika dikejar tanpa batas. Dengan demikian, seminar ini menekankan bahwa kekayaan seharusnya menjadi alat yang dikelola dengan bijaksana untuk kemuliaan Tuhan, bukan tujuan dalam hidup.
Pdt. Dr. C. Samuel Pasaribu juga menyoroti pentingnya memburu perkenanan Allah di tengah kehidupan yang singkat ini. Alkitab memberikan banyak teladan tentang pribadi yang berkenan kepada Tuhan, seperti Henokh, yang “berjalan dengan Allah” hingga diangkat tanpa mengalami kematian (Kejadian 5:24), dan Daud, yang meskipun memiliki banyak kelemahan, disebut sebagai “seorang yang berkenan di hati Tuhan” (Kisah Para Rasul 13:22). Yesus sendiri menunjukkan bagaimana hidup harus diarahkan untuk melakukan kehendak Allah, sebagaimana dikatakan dalam Yohanes 4:34, “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.”
Seminar ini mengajak peserta untuk hidup dengan kesadaran penuh akan tujuan ilahi, bukan mengejar hal-hal duniawi yang fana. Efesus 5:15-16 memberikan peringatan yang relevan: “Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.” Dalam dunia modern yang penuh distraksi, umat Kristen dipanggil untuk menjadikan kehendak Tuhan sebagai pusat kehidupan dan tidak terjebak dalam kesia-siaan.
Pada akhirnya, seminar ini menggarisbawahi bahwa hidup manusia di dunia hanyalah persinggahan sementara menuju kekekalan. 1 Petrus 1:24-25 menegaskan bahwa “manusia seperti rumput yang akan layu, tetapi firman Tuhan tetap selama-lamanya.” Oleh karena itu, setiap orang percaya harus menggunakan waktu yang dimiliki dengan bijaksana, hidup dalam ketaatan kepada firman Tuhan, dan melayani sesama dengan kasih yang tulus.
Dengan menghadirkan perspektif teologis yang mendalam, Seminar PJK – Project Kekekalan di GEPKIN Perawang menjadi pengingat bagi jemaat bahwa kehidupan yang bermakna bukanlah yang dipenuhi dengan pencapaian duniawi, melainkan yang berorientasi pada kekekalan. Sebab pada akhirnya, seperti yang Yesus ajarkan dalam Matius 6:19-20, kita dipanggil untuk mengumpulkan harta di surga, bukan di bumi, karena yang bernilai kekal jauh lebih berharga daripada segala sesuatu yang bersifat sementara. Diakhir acara dilanjutkan foto bersama dengan pengurus Seminar PJK.
Penulis: Samuel Pasaribu